Pathfinder - Ilmu Perpustakaan

Panduan Pustaka (Library Pathfinder) 

Pathfinder

Dalam dunia ilmu perpustakaan dan informasi kita sering mendengar istilah panduan pustaka atau library pathfinder. Biasanya perpustakaan menyediakan layanan ini sebagai layanan khusus untuk  pemustaka (users). Apa sebenarnya panduan pustaka atau library pathfinder itu? Banyak definisi panduan pustaka (library pathfinder) yang dapat kita temukan dari berbagai sumber, antara lain:
- A library pathfinder is a checklist of references to those basic sources representing the variety of forms in which information on a specific topic can be found (Canfield, 1972:287).
- A Pathfinder is a guide to the literature and resources in a particular subject area. It is a subject-oriented research guide designed to encourage researchers a self-directed use of the library (www.dlsu.edu).
- A subject bibliography designed to lead the user through the process of researching a specific topic, or any topic in a given field or discipline, usually in a systematic, step-by-step way, making use of the best finding tools the library has to offer. Pathfinders may be printed or available online. See also: topical guide (http://www.lu.com/odlis/)
- Pathfinder merupakan sebuah panduan pustaka yang berfungsi membantu penelusur tentang dokumen terkait. Banyak pengertian tentang pathfinder yaitu :
path•find•er (pthfndr, päth-) (freedictionary.com)
1. One that discovers a new course or way, especially through or into unexplored regions.
2. One of a group of paratroopers who land ahead of a main force in order to mark the drop zone.

Namun lebih dikenal dengan sebutan panduan pustaka, karena fungsinya yang sebagai sebuah panduan awal penelitian di perpustakaan. Pathfinder dibuat untuk memandu peneliti, pelajar, dll dalam pencarian suatu material subyek/hal tertentu(
http://www.geocities.com/sang_pabru/po-orchids/0-Home.html).
Tentunya masih banyak lagi definisi lainnya yang belum saya lampirkan. Dari definisi-definisi tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa panduan pustaka berfungsi sebagai panduan awal, alat bantu yang memungkinkan pemustaka (users) melakukan penelusuran secara mandiri, memberikan informasi bagaimana menelusur mengenai sebuah subjek di sebuah perpustakaan, digunakan oleh pemustaka (users) yang masih awam atau bahkan baru pertamakali berkunjung ke perpustakaan itu, dokumen yang tercantum dalam pathfinder merupakan dokumen-dokumen yang berisi informasi dasar mengenai sebuah subjek atau tidak secara mendalam.
Berikut ini merupakan list dari pathfinder online yang tersebar di dunia maya, antara lain:
  1. Internet Public Library [IPL pathfinder]
  2. De La Salle University Library [DLSU Pathfinder]
  3. UCB Library [UCB Library Pathfinder]
  4. Pathfinder for women history [ALIC pathfinder]
Jika Anda berniat membuat pathfinder sendiri, dibawah ini ada listnya:
  1. Pathfinder for constructing pathfinder [Pathfinder construction]
  2. Template for creating pathfinder [Template pathfinder]
referensi
Canfield, Marie P., “Library Pathfinders”. Drexel Library Quarterly January 1972, Volume 8 No. 1.
http://www.lu.com/odlis/
http://p121bumi.wordpress.com/
http://www.geocities.com/sang_pabru/po-orchids/0-Home.html

pathfinder untuk perpustakaan

Pathfinder :
salah satu bentuk upaya pustakawan untuk meningkatkan
jasa pelayanan rujukan kepada  pemustaka dalam menemukan kembali 
informasi di perpustakaan

"Istilah pathfinder berasal dari turunan kata ‘path’ yang berarti ‘jalan sempit/kecil’ dan ‘finder’ yang berarti ‘’penemu’, hal itu termuat dalam Kamus Besar bahasa Indonesia. Arti secara harfiahnya adalah penemu jalan kecil. Sedangkan istilah panduan pustaka sebenarnya merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris ‘Library pathfinder’, yang berarti merupakan checklist pengantar untuk subjek-subjek tertentu dan didesain untuk membimbing para pemustaka perpustakaan pada tahapan awal penelusuran literatur. Penggagas dari library pathfinder adalah Charles H. Stevens, seorang asociate director dari Library development, Project Intrex, Massachusets Institute of technology (MIT) amerika serikat.
Beberapa perpustakaanpun menyediakan saran pathfinder tersebut untuk membantu pemustaka pepustakaan, baik mahasiswa, dosen dan peneliti dalam penelusuran awal mereka. Dalam bentuknya, pathfinder merupakan sarana bantu cetak dalam pelayanan referensi. Sehingga tidak heran ketika kita di ruanagn referensi sebuah perpustakaan, maka sering kita menemukan bahan-bahan pathfinder, baik dalam bentuk dijilid seperti layaknya sebuah buku maupun bentuk seperti leaflet di meja informasi referensi.
Ada juga beberapa perpustakaan membuat pathfinder diperluas sampai pembuatan essei bibliografi yang merupakan studi pendalaman mengenai topik atau subjek tertentu. Didalam essei bobliografi tersebut, diuraikan mengenai sejauh mana sumber-sumber tersebut memenuhi informasi untuk topik yang dipilih, bagaimana efektivitasnya, sejauh mana saling keterkaitannya dan mana yang paling bermanfat. Pembuatan essei bibliografi inipun mampu melatih mahasiswa untuk mengevaluasi dan menentukan prioritas diantara bermacam-macam sumber referensi serta merancang strategi penelusuran" 

ABSTRAK


Berubahnya peran perpustakaan dari sebuah tempat atau sumber ke suatu "sistem", bahkan ke sebuah ‘cyber’, sangat menekankan kepada perpustakaan untuk dapat bertindak "lebih atraktif" kepada pemustaka perpustakaan dalam penyebaran informasinya. Kecocokan informasi yang ada, dengan kebutuhan pemustaka merupakan salah satu cara kita mengoptimalkan akses informasi."Pathfinder" merupakan isu penting dalam upaya menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi seseorang. Dengan pathfinder, pemustaka akan terpuaskan ketika mereka mencari isu-isu atau subjek penting yang sudah terkumpul menjadi satu di dalam sebuah ‘pathfinder’. Sistem penemuan kembali informasi tersebut berguna untuk me-"match"-kan apa yang tersedia, dengan apa yang dibutuhkan oleh pemustaka perpustakaan. Sehingga ‘eksplorasi’ informasi yang ada, lebih bisa di maksimalkan dan ‘dilahap’ oleh para pemustaka perpustakaan.

kata kunci : pathfinder, akses informasi.


Pendahuluan

Perpustakaan sebagai pusat (sumber) informasi dengan semua jasa layanannya dituntut untuk selalu siap membantu masyarakat pemustakanya memperoleh informasi yang dibutuhkan. Sekarang ini perpustakaan memainkan peran yang sangat penting dalam siklus transfer informasi yang sudah dikemas ulang oleh pustakawan untuk kemudian dimanfaatkan oleh pemustaka perpustakaan. Fungsi jasa layanan informasi yang telah begitu melekat pada perpustakaan, memaksa perpustakaan untuk bertindak sebagai antar muka (interface) antara dua dunia yaitu masyarakat sebagai kelompok pemustaka dan dunia sumber-sumber informasi, dalam bentuk tercetak maupoun bentuk lain. Fungsi perpustakaan seperti yang tertera pada Buku Pedoman Perpustakaan perguruan tinggi, yaitu merupakan unit pelaksana teknis perguruan tinggi yang bersama unit lain turut melakanakan Tridarma perguruan tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat dan melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Hal itu senada dengan yang termaktub dalam salah satu prinsip-prinsip kepustakawanan yaitu perpustakaan dimaksud untuk menyimpan dan memencarkan ilmu pengetahuan.

Untuk mengefektifkan dan mengoptimalkan jasa layanan informasi sumber-sumber yang ada diperpustakaan, maka perlu perumusan yang jelas mengenai tahap-tahap datangnya bahan pustaka atau sumber informasi, sampai kepada sumber informasi tersebut siap dilayankan. Sejak dari seleksi, pengadaan, pengolahan dan pelayanan sumber informasi (dalam hal ini termasuk penyediaan dan penyebaran) diharapkan akan segera dapat dimanfaatkan oleh pemustaka perpustakaan secara cepat, tepat dan akurat.

Pemustaka perpustakan memiliki latar belakang pendidikan, wawasan dan pengalaman yang berbeda, sehingga tingkat kebutuhan informasi mereka juga berbeda. Sehingga perpustakaan juga dituntut untuk menyediakan sarana atau alat bibliografi. Salah satu jenis sarana bibliografi tersebut dikenal dengan istilah ‘pathfinder’ atau panduan pustaka.


Peran jasa rujukan

Peran jasa rujukan di perpustakaan satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat tergantung dengan besar kecilnya perpustakan, jenis koleksinya dan fungsi serta tradisi perpustakaan. Sulistyo-Basuki mengatakan (1998 : 448) bahwa jasa rujukan di perpustakaan satu dengan yang lain berbeda-beda tergantung dengan beberapa faktor antara lain : situasi lokal, tradisi lokal, jenis pemustaka, besar klecilnya perpustakaan, sumber pustaka yang tersedia, serta pandangan hidup pustakawan yang menyangkut  organisasi dan administrasi perpustakaan. Sedangkan menurut Prytherch (1995 : 542) mengatakan bahwa “refrence work” is that branch of the library’s services which includes the assistance given to readers in their search for information on various subjects. Yang artinya adalah bahwa jasa referensi adalah sebuah jasa yang merupakan bagian dari sebuah perpustakaan  yang memberikan bantuan kepada pemustaka perpustakakan (bantuan jenis apapun) dalam rangka membatu mencarikan informasi bagi pemustakanya.

Dan berbagai jenis jasa rujukan yang lazim dilaksanakan di sebuah perpustakaan, menurut Sulistyo-Basuki  (1998 : 449) antara lain adalah :
1.      Pinjam antar perpustakaan
2.      Tandon (reservation)
3.      Orientasi perpustakaan dan instruksi bibliografi
4.      Kunjungan perpustakaan bagi anggota baru
5.      Menyelenggarakan pameranJasa bimbingan pembaca
6.      Jasa penmgindeksan dan abtrak
7.      Kompilasi bibliografi
8.      Pembuatan kliping
9.      Pembuatan jajaran vertikal (vertical file)

Sementara menurut American Library Association – Reference Service Division menyatakan ada 2 jenis jasa rujukan yaitu jasa langsung dan jasa Tidak Langsung. Jasa rujukan langsung adalah merupakan kegiatan pemberian bantuan personil langsung diberikan kepada pemustaka perpustakaan, artinya pustakawan langsung membantu mencarikan informasi. Sedangkan jasa rujukan tidak langsung dapat berupa penyusunan katalog, bibliografi, bantuan rujukan lainnya, pemilihan dokumen, penyusunan bagian referensi, pembuatan jajaran informasi relevan serta yang lainnya.


Fungsi-Fungsi Referensi


Agar pelayanan referensi dapat berjalan dengan baik,  petugas perlu memahami terlebih dahulu fungsi-fungsi referensi, yakni sebagai berikut.
1.      Fungsi Pengawasan
Petugas referensi dapat mengamati pengunjung, baik dalam hal kebutuhan informasi yang diperlukan maupun latar belakang sosial dan tingkat pendidikannya agar dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
2.      Fungsi Informasi
Fungsi yang terpenting dari pelayanan referensi adalah memberikan informasi kepada pengunjung, yaitu memberikan jawaban terhadap pertanyaan singkat maupun penelusuran informasi yang luas dan mendetail sesuai kebutuhan pemustaka.
Fungsi Bimbingan
Petugas referensi harus menyediakan waktu guna memberikan bimbingan kepada pemustaka perpustakaan untuk menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan, misalnya melalui katalog perpustakaan, buku-buku referensi, serta bahan pustaka lainnya.
3.      Fungsi Instruksi
Pemberian instruksi yang dimasudkan adalah sebagai cara untuk memperkenalkan kepada pemustaka tentang bagaimana menggunakan perpustakaan yang baik. Di samping itu, ditujukan juga kepada usaha untuk menggairahkan dan meningkatkan pemustakaan perpustakaan.
4.      Fungsi Bibliografis
Petugas referensi perlu secara teratur menyusun daftar bacaan atau bibliografi untuk keperluan penelitian atau mengenal bacaan yang baik dan menarik. Penyusunan bibliografi lazimnya dipergunakan untuk beberapa tujuan, antara lain:
a.       menyusun bibliografi  tentang subjek tertentu,
b.      menyusun bibliografi untuk mengenal daftar bacaan yang baik dan menarik, karya tulis, atas permintaan guru, siswa atau orang lain yang memerlukannya. (LpPI, 2001 : 123)

Dengan memaparkan pendekatan jasa rujukan diatas, maka kita sama-sama dapat merngetahui bahwa panduan piutaka atau pathfinder tersebut termasuk ke dalam jasa rujukan yang tidak langsung, artinya pathfinder diberikan kepad pemustaka perpustakan dengan berupa bahan, tulian yang berbentuk panduan ataupun leaflet.

Terkait dengan penelusuran rujukan di perpustakan, prinsip yang harus dipegang pustakwan adalah semua untuk kepentingan pemustaka. Seperti yang dikemukakan oleh Lancaster (1979) disebutkan bahwa temu balik informasi ialah proses penelusuran suatu koleksi dokumen ( dalam arti yang seluas-luasnya) untuk mengidentifikasi dokumen-dokumen tentang subjek tertentu. Dan sistem temu kembali informasi adalah setiap sistem yang dirancang untuk memudahkan kegiatan penelusuran bagi pemustaka. Sehingga pustakawan pun harus mengerti dan mengenal baik tentang sumber-sumber informasi yang akan disusun ke dalam pathfinder. Menurut Djatin (1996 : 6) bahwa sumber-sumber informasi terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu :
1.      Sumber informasi sekunder
Contohnya adalah buku-buku referensi, majalah abstrak, majalah indeks, pangkalan data dan katalog perpustakaan
2.      Sumber inormasi primer
Contoh konkrit adalah majalah ilmiah, buku-buku teks, buku-buku bidang khusus, paten dan standar
3.      Sumber informasi tesier
Contohnya sumber yang memuat daftar tebitan dari publikasi yang dimuat dalam sumber primer dan sekunder.

Disamping putakawan harus mengerti sumber-sumber informasi, maka pustakawanpun sudah selayaknya memahami sebuah klasifikasi pertanyaan, sebelum membuat dafta pathfinder. Pertanyaan referensi dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan. Berikut ini disajikan secara garis besar klasifikasi pertanyaan (LpPI, 2001 : 126), jenis pertanyaan referensi, dan sumber referensi yang dapat digunakan.


Klasifikasi Pertanyaan
Jenis Pertanyaan
Sumber Referensi
1.      Bahasa
Arti, asal kata, definisi, pengejaan, pengucapan, singkatan, istilah, kata asing, sinonim, lambang, dan simbol

Kamus

2.      Pemilihan bahan pustaka
Buku terbaik bidang pengetahuan tertentu, terbitan tertentu, perincian bibliografi, dan lokasi bahan pustaka
Bibliografi, katalog penerbit
3.      Data peristiwa
Kejadian-kejadian, statistik, tradisi, kebiasaan, dan catatan kejadian
Almanak,
Buku tahunan
4.      Latar belakang, pedoman
Informasi umum, bahan untuk belajar sendiri, dan cara mengerjakan sesuatu

Ensiklopedi, buku pegangan, manual, brosur, pamflet, ensiklopedi, biografi, direktori

5.      Manusia, orang, pribadi

Tokoh, pemimpin, spesialis, profesional, pengarang, dan orang-orang terkenal
Direktori, buku tahunan, almanak, brosur, pamflet

6.      Organisasi, dan   lembaga
Tujuan, keanggotaan, kegiatan, struktur, nama dan alamat
Sumber geografi, peta, atlas, dan kamus ilmu bumi
7.      Tempat
Lokasi, deskripsi, jarak, dan keterangan tempat
Alat peraga (AV)
8.      Ilustrasi
Bentuk, model, rupa, warna, film, dan rekaman
Handbook, buku tahunan,  buku pedoman (manual)
9.      Fakta

Statistik, kejadian, rumus
Lembaran negara, laporan pemerintah, terbitan pemerintah
10.  Aktivitas
Cara mengerjakan, cara membuat dan sebagainya
Buku pedoman (manual)
11.  Undang-Undang, peraturan
Perundang-undangan, peraturan, data, fakta resmi
Lembaran negara, kitab undang-undang, terbitan pemerintah




Asal muasal Pathfinder


Istilah pathfinder berasal dari turunan kata ‘path’ yang berarti ‘jalan sempit/kecil’ dan ‘finder’ yang berarti ‘’penemu’, hal itu termuat dalam Kamus Besar bahasa Indonesia. Arti secara harfiahnya adalah penemu jalan kecil. Sedangkan istilah panduan pustaka sebenarnya merupakan terjemahan dalam bahasa Inggris ‘Library pathfinder’, yang berarti merupakan checklist pengantar untuk subjek-subjek tertentu dan didesain untuk membimbing para pemustaka perpustakaan pada tahapan awal penelusuran literatur. Penggagas dari library pathfinder adalah Charles H. Stevens, seorang asociate director dari Library development, Project Intrex, Massachusets Institute of technology (MIT) amerika serikat.
Sejak diperkenalkan, panduan pustak telah digunakan dalam berbagai hal. Salah satunya sebuah perusahaan penerbitan Adison Wesley, bahkan menjual sarana bantu pathfinder secara komersial. Beberapa perpustakaanpun menyediakan saran pathfinder tersebut untuk membantu pemustaka pepustakaan, baik mahasiswa, dosen dan peneliti dalam penelusuran awal mereka. Dalam bentuknya, pathfinder merupakan sarana bantu cetak dalam pelayanan referensi. Sehingga tidak heran ketika kita di ruanagn referensi sebuah perpustakaan, maka sering kita menemukan bahan-bahan psthfinder, baik dalam bentuk dijilid seperti layaknya sebuah buku maupun bentuk seperti leaflet di meja informasi referensi. Di Universitas  nebraska (Omaha), pathfinder diperluas sampai pembuatan essei bibliografi yang merupakan studi prendalaman mengenai topik atau subjek tertentu. Didalam essei bobliografi tersebut, diuraikan mengenai sejauh mana sumber-sumber tersebut memenuhi informasi untuk topik yang dipilih, bagaimana efektivitasnya, sejauh mana saling keterkaitannya dan mana yang paling bermanfat. Pembuatan essei bibliografi inipun mampu melatih mahasiswa untuk mengevaluasi dan menentukan prioritas diantara bermacam-macam sumbe referensi serta merancang trategi penelusuran.

Penyusunan pathfinder
Penyusunan pathfinder bisa diawali dengan membuat judul panduan yang diletakkan disebelah sudut kanan atas. Setelah menentukan judul panduannya (subjek tertentu) maka kemudian dilanjutkan dengan memberikan sebuah cakupan atau ruang lingkup dari subjek panduan yang dipilih. Cakupan atau ruang lingkup biasanya diambilkan dari sebuah rujukan berbentuk kamus ataupun ensiklopedia, diikuti dengan memberikan deskripsi bibliografi dari cakupan yang dikutip, bahkan samapai kepada call number yng sesuai dengan aturan di perpustakaan dimana koleksi tersebut berada.serta lokasi sumber rujukan yang digunakan dalam menuliskan cakupan. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan beberapa entri tajuk subjek dan nonor kelasnya yang sesuai dengan tsubjek atau topik yang dibuat, yang dapat digunakan untuk mencari koleksi yang terkait dengan subjek yang ditulis. Entri-entri tersebut dapat diambilkan lewat OPAC maupun lewat kartu katalog.
Setelah entri-entri nomor kelas dan tajuk subjeknya selesai, kemudian melakukan pendataan koleksi-koleksi mulai dari buku teks sampai kepada majalah indeks, yang meliputi :
1.      Buku-buku teks yang utama, atau buku-buku wajib
2.      Buku-buku teks anjuran
3.      Buku Pegangan, ensiklopedi dan kamus khusus
4.      Bibliografi
5.      Majalah indeks dan abstrak, terutama yang mendaftar karangan ilmiah
6.      Majalah primer
7.      Tinjauan perkembangan dan laporan pertemuan ilmiah
8.      Majalah indeks dan abstrak yang mendaftar laporan teknis

Perlu diperhatikan bahwa dalam menuliskan sumber-sumber nomor 1 sampai dengan nomor 8 seperti tersebut diatas, harus selalu disertai dengan deskripsi bibliografi lengkap dan lokasi dimana sumber-sumber tersebut berada. Hal itu semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pemustaka perpustakaan untuk dapat langsung mencari sumber-sumber rujukan di rak koleksi.

Format pathfinder


Secara umum menurut James ( 1981) format pathfinder yang disusun di perpustakaan adalah sebagai berikut :

JUDUL PANDUAN

· RUANG LINGKUP :
· Pengantar mengenai topik ini terdapat dalam sumber-sumber yang bernomor kelas dan bertajuk subjek sebagai berikut:
· BUKU-BUKU teks wajib mengenai topik ini adalah : 330.01, 330.10 (5 eks)
Berlokasi di :
· BUKU-BUKU anjuran mengenai topik ini adalah : 330.130 598  (5 eks)
Berlokasi di :
· BUKU PEGANGAN mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· ENSIKLOPEDI mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· KAMUS KHUSUS mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· BIBLIOGRAFI mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· ARTIKEL MAJALAH mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· MAJALAH mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· TINJAUAN PERKEMBANGAN mengenai topik ini adalah
Berlokasi di :
· LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· LAPORAN TEKNIS /PENELITIAN  dan jenis pustakan lain yang diindeks/disarikan dalam sumber-sumber berikut ini :
Berlokasi di :


Penutup


Di dunia perpustakaan, sebuah pekerjaan yang diemban pustakawan tidaklah berhenti sampai hanya batas melayani pemustaka perpustakaan. Masih banyak pekerjaan yang bisa dilakukan untuk memuaskan dan ‘memanjakan’ pemustaka, salah satunya penyediaan ‘pathfinder’ di ruang rujukan atau ruang referensi. Sehingga apa yang diinginkan pemustaka, dapat ditangkap dan dipeuhi oleh  pustawakan. Sebuah solusi yang barangkali dapat ditawarkan adalah yang terpenting adalah membangun persamaan persepsi mengenai temu kembali informasi oleh pemustaka perpustakaan yang dikaitkan dengan karakteristik profesi kepustakwanan, sehingga keduanya akan jalan seiring dengan segala kebutuhan yang dikehendaki, yang pada akhirnya dapat sesuai dengan prinsip kepustakawanan yaitu perpustakaan bertujuan menyimpan dan memencarkan ilmu pengetahuan. Semoga.

Selesai





REFERENSI

ALA.  Glossary of library and information science. 1983. Chicago : American Library Association.
Apostle, Richard and Boris Raymond. Librarianship and the information paradigma. Lanham, Md. & London : The Scarecrow Press, 1997.
Buckland, Michael. 1992. Redesigning Library Services ; A Manivesto. London : Library association.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi  Depdikbud Dirjen Dikti edisi ke 2 , penyelia : Parlinah Moeldjono. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djatin, Jusni. Penelusuran Literatur. 1996 Jakarta : Universitas Terbuka.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta : Balai Pustaka.
Katz, William A. 1982.   Introduction to reference guide I & II. New York : McGraw-Hill.
Katz, William. 1979. Your Library : A Reference Guide. New York : Holt, Rinehart and Winston.
Lembaga pemberdayaan Perpustakaan dan Informasi. 2001.Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Yogyakarta : LpPI dan FkBA.
Rice, James, Jr. 1981.Teaching Library Use : A Guide For Library Instruction. London : Greenwood Press.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wedgeworth, Robert (ed.).1993. World encyclopedia of library and information services.3rd ed. Chicago : American Library Association.

KHUSUS BUAT TEMEN KELOMPOK PATHFINDER KELOMPOK 6{PACE GONDES Dkk}INI FILENYA, SILAHKAN DI DONWLOD AJA!







Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel