Pathfinder - Ilmu Perpustakaan
Saturday, 14 December 2013
Panduan Pustaka (Library Pathfinder)
- A library pathfinder is a checklist of references to those basic sources representing the variety of forms in which information on a specific topic can be found (Canfield, 1972:287).
- A Pathfinder is a guide to the literature and resources in a particular subject area. It is a subject-oriented research guide designed to encourage researchers a self-directed use of the library (www.dlsu.edu).
- A subject bibliography designed to lead the user through the process of researching a specific topic, or any topic in a given field or discipline, usually in a systematic, step-by-step way, making use of the best finding tools the library has to offer. Pathfinders may be printed or available online. See also: topical guide (http://www.lu.com/odlis/)
- Pathfinder merupakan sebuah panduan pustaka yang berfungsi membantu penelusur tentang dokumen terkait. Banyak pengertian tentang pathfinder yaitu :
path•find•er (pthfndr, päth-) (freedictionary.com)
1. One that discovers a new course or way, especially through or into unexplored regions.
2. One of a group of paratroopers who land ahead of a main force in order to mark the drop zone.
Namun lebih dikenal dengan sebutan panduan pustaka, karena fungsinya yang sebagai sebuah panduan awal penelitian di perpustakaan. Pathfinder dibuat untuk memandu peneliti, pelajar, dll dalam pencarian suatu material subyek/hal tertentu(http://www.geocities.com/sang_pabru/po-orchids/0-Home.html).
Tentunya masih banyak lagi definisi lainnya yang belum saya lampirkan. Dari definisi-definisi tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa panduan pustaka berfungsi sebagai panduan awal, alat bantu yang memungkinkan pemustaka (users) melakukan penelusuran secara mandiri, memberikan informasi bagaimana menelusur mengenai sebuah subjek di sebuah perpustakaan, digunakan oleh pemustaka (users) yang masih awam atau bahkan baru pertamakali berkunjung ke perpustakaan itu, dokumen yang tercantum dalam pathfinder merupakan dokumen-dokumen yang berisi informasi dasar mengenai sebuah subjek atau tidak secara mendalam.
Berikut ini merupakan list dari pathfinder online yang tersebar di dunia maya, antara lain:
- Internet Public Library [IPL pathfinder]
- De La Salle University Library [DLSU Pathfinder]
- UCB Library [UCB Library Pathfinder]
- Pathfinder for women history [ALIC pathfinder]
- Pathfinder for constructing pathfinder [Pathfinder construction]
- Template for creating pathfinder [Template pathfinder]
Canfield, Marie P., “Library Pathfinders”. Drexel Library Quarterly January 1972, Volume 8 No. 1.
http://www.lu.com/odlis/
http://p121bumi.wordpress.com/
http://www.geocities.com/sang_pabru/po-orchids/0-Home.html
pathfinder untuk perpustakaan
Pathfinder :
salah satu bentuk upaya pustakawan untuk meningkatkan
jasa pelayanan rujukan kepada pemustaka dalam menemukan kembali
informasi di perpustakaan
"Istilah
pathfinder berasal dari turunan kata ‘path’ yang berarti ‘jalan
sempit/kecil’ dan ‘finder’ yang berarti ‘’penemu’, hal itu termuat dalam
Kamus Besar bahasa Indonesia. Arti secara harfiahnya adalah penemu
jalan kecil. Sedangkan istilah panduan pustaka sebenarnya merupakan
terjemahan dalam bahasa Inggris ‘Library pathfinder’, yang berarti
merupakan checklist pengantar untuk subjek-subjek tertentu dan didesain
untuk membimbing para pemustaka perpustakaan pada tahapan awal
penelusuran literatur. Penggagas dari library pathfinder adalah Charles
H. Stevens, seorang asociate director dari Library development, Project
Intrex, Massachusets Institute of technology (MIT) amerika serikat.
Beberapa perpustakaanpun menyediakan saran pathfinder tersebut untuk membantu pemustaka pepustakaan, baik mahasiswa, dosen dan peneliti dalam penelusuran awal mereka. Dalam bentuknya, pathfinder merupakan sarana bantu cetak dalam pelayanan referensi. Sehingga tidak heran ketika kita di ruanagn referensi sebuah perpustakaan, maka sering kita menemukan bahan-bahan pathfinder, baik dalam bentuk dijilid seperti layaknya sebuah buku maupun bentuk seperti leaflet di meja informasi referensi.
Ada
juga beberapa perpustakaan membuat pathfinder diperluas sampai
pembuatan essei bibliografi yang merupakan studi pendalaman mengenai
topik atau subjek tertentu. Didalam essei bobliografi tersebut,
diuraikan mengenai sejauh mana sumber-sumber tersebut memenuhi informasi
untuk topik yang dipilih, bagaimana efektivitasnya, sejauh mana saling
keterkaitannya dan mana yang paling bermanfat. Pembuatan essei
bibliografi inipun mampu melatih mahasiswa untuk mengevaluasi dan
menentukan prioritas diantara bermacam-macam sumber referensi serta
merancang strategi penelusuran" Beberapa perpustakaanpun menyediakan saran pathfinder tersebut untuk membantu pemustaka pepustakaan, baik mahasiswa, dosen dan peneliti dalam penelusuran awal mereka. Dalam bentuknya, pathfinder merupakan sarana bantu cetak dalam pelayanan referensi. Sehingga tidak heran ketika kita di ruanagn referensi sebuah perpustakaan, maka sering kita menemukan bahan-bahan pathfinder, baik dalam bentuk dijilid seperti layaknya sebuah buku maupun bentuk seperti leaflet di meja informasi referensi.
ABSTRAK
Berubahnya
peran perpustakaan dari sebuah tempat atau sumber ke suatu "sistem",
bahkan ke sebuah ‘cyber’, sangat menekankan kepada perpustakaan untuk
dapat bertindak "lebih atraktif" kepada pemustaka perpustakaan dalam
penyebaran informasinya. Kecocokan informasi yang ada, dengan kebutuhan
pemustaka merupakan salah satu cara kita mengoptimalkan akses
informasi."Pathfinder" merupakan isu penting dalam upaya menemukan
informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasi seseorang. Dengan
pathfinder, pemustaka akan terpuaskan ketika mereka mencari isu-isu atau
subjek penting yang sudah terkumpul menjadi satu di dalam sebuah
‘pathfinder’. Sistem penemuan kembali informasi tersebut berguna untuk
me-"match"-kan apa yang tersedia, dengan apa yang dibutuhkan oleh
pemustaka perpustakaan. Sehingga ‘eksplorasi’ informasi yang ada, lebih
bisa di maksimalkan dan ‘dilahap’ oleh para pemustaka perpustakaan.
kata kunci : pathfinder, akses informasi.
Pendahuluan
Perpustakaan
sebagai pusat (sumber) informasi dengan semua jasa layanannya dituntut
untuk selalu siap membantu masyarakat pemustakanya memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Sekarang ini perpustakaan memainkan peran yang sangat
penting dalam siklus transfer informasi yang sudah dikemas ulang oleh
pustakawan untuk kemudian dimanfaatkan oleh pemustaka perpustakaan.
Fungsi jasa layanan informasi yang telah begitu melekat pada
perpustakaan, memaksa perpustakaan untuk bertindak sebagai antar muka
(interface) antara dua dunia yaitu masyarakat sebagai kelompok pemustaka
dan dunia sumber-sumber informasi, dalam bentuk tercetak maupoun bentuk
lain. Fungsi perpustakaan seperti yang tertera pada Buku Pedoman
Perpustakaan perguruan tinggi, yaitu merupakan unit pelaksana teknis
perguruan tinggi yang bersama unit lain turut melakanakan Tridarma
perguruan tinggi dengan cara memilih, menghimpun, mengolah, merawat dan
melayankan sumber informasi kepada lembaga induknya pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Hal itu senada dengan yang termaktub dalam
salah satu prinsip-prinsip kepustakawanan yaitu perpustakaan dimaksud
untuk menyimpan dan memencarkan ilmu pengetahuan.
Untuk
mengefektifkan dan mengoptimalkan jasa layanan informasi sumber-sumber
yang ada diperpustakaan, maka perlu perumusan yang jelas mengenai
tahap-tahap datangnya bahan pustaka atau sumber informasi, sampai kepada
sumber informasi tersebut siap dilayankan. Sejak dari seleksi,
pengadaan, pengolahan dan pelayanan sumber informasi (dalam hal ini
termasuk penyediaan dan penyebaran) diharapkan akan segera dapat
dimanfaatkan oleh pemustaka perpustakaan secara cepat, tepat dan akurat.
Pemustaka
perpustakan memiliki latar belakang pendidikan, wawasan dan pengalaman
yang berbeda, sehingga tingkat kebutuhan informasi mereka juga berbeda.
Sehingga perpustakaan juga dituntut untuk menyediakan sarana atau alat
bibliografi. Salah satu jenis sarana bibliografi tersebut dikenal dengan
istilah ‘pathfinder’ atau panduan pustaka.
Peran jasa rujukan
Peran
jasa rujukan di perpustakaan satu dengan yang lain berbeda-beda, sangat
tergantung dengan besar kecilnya perpustakan, jenis koleksinya dan
fungsi serta tradisi perpustakaan. Sulistyo-Basuki mengatakan (1998 :
448) bahwa jasa rujukan di perpustakaan satu dengan yang lain
berbeda-beda tergantung dengan beberapa faktor antara lain : situasi
lokal, tradisi lokal, jenis pemustaka, besar klecilnya perpustakaan,
sumber pustaka yang tersedia, serta pandangan hidup pustakawan yang
menyangkut organisasi dan administrasi perpustakaan. Sedangkan
menurut Prytherch (1995 : 542) mengatakan bahwa “refrence work” is that
branch of the library’s services which includes the assistance given to
readers in their search for information on various subjects. Yang
artinya adalah bahwa jasa referensi adalah sebuah jasa yang merupakan
bagian dari sebuah perpustakaan yang memberikan bantuan kepada
pemustaka perpustakakan (bantuan jenis apapun) dalam rangka membatu
mencarikan informasi bagi pemustakanya.
Dan
berbagai jenis jasa rujukan yang lazim dilaksanakan di sebuah
perpustakaan, menurut Sulistyo-Basuki (1998 : 449) antara lain adalah :
1. Pinjam antar perpustakaan
2. Tandon (reservation)
3. Orientasi perpustakaan dan instruksi bibliografi
4. Kunjungan perpustakaan bagi anggota baru
5. Menyelenggarakan pameranJasa bimbingan pembaca
6. Jasa penmgindeksan dan abtrak
7. Kompilasi bibliografi
8. Pembuatan kliping
9. Pembuatan jajaran vertikal (vertical file)
Sementara
menurut American Library Association – Reference Service Division
menyatakan ada 2 jenis jasa rujukan yaitu jasa langsung dan jasa Tidak
Langsung. Jasa rujukan langsung adalah merupakan kegiatan pemberian
bantuan personil langsung diberikan kepada pemustaka perpustakaan,
artinya pustakawan langsung membantu mencarikan informasi. Sedangkan
jasa rujukan tidak langsung dapat berupa penyusunan katalog,
bibliografi, bantuan rujukan lainnya, pemilihan dokumen, penyusunan
bagian referensi, pembuatan jajaran informasi relevan serta yang
lainnya.
Fungsi-Fungsi Referensi
Agar
pelayanan referensi dapat berjalan dengan baik, petugas perlu memahami
terlebih dahulu fungsi-fungsi referensi, yakni sebagai berikut.
1. Fungsi Pengawasan
Petugas
referensi dapat mengamati pengunjung, baik dalam hal kebutuhan
informasi yang diperlukan maupun latar belakang sosial dan tingkat
pendidikannya agar dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
2. Fungsi Informasi
Fungsi
yang terpenting dari pelayanan referensi adalah memberikan informasi
kepada pengunjung, yaitu memberikan jawaban terhadap pertanyaan singkat
maupun penelusuran informasi yang luas dan mendetail sesuai kebutuhan
pemustaka.
Fungsi Bimbingan
Petugas
referensi harus menyediakan waktu guna memberikan bimbingan kepada
pemustaka perpustakaan untuk menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan,
misalnya melalui katalog perpustakaan, buku-buku referensi, serta bahan
pustaka lainnya.
3. Fungsi Instruksi
Pemberian
instruksi yang dimasudkan adalah sebagai cara untuk memperkenalkan
kepada pemustaka tentang bagaimana menggunakan perpustakaan yang baik.
Di samping itu, ditujukan juga kepada usaha untuk menggairahkan dan
meningkatkan pemustakaan perpustakaan.
4. Fungsi Bibliografis
Petugas
referensi perlu secara teratur menyusun daftar bacaan atau bibliografi
untuk keperluan penelitian atau mengenal bacaan yang baik dan menarik.
Penyusunan bibliografi lazimnya dipergunakan untuk beberapa tujuan,
antara lain:
a. menyusun bibliografi tentang subjek tertentu,
b.
menyusun bibliografi untuk mengenal daftar bacaan yang baik dan
menarik, karya tulis, atas permintaan guru, siswa atau orang lain yang
memerlukannya. (LpPI, 2001 : 123)
Dengan
memaparkan pendekatan jasa rujukan diatas, maka kita sama-sama dapat
merngetahui bahwa panduan piutaka atau pathfinder tersebut termasuk ke
dalam jasa rujukan yang tidak langsung, artinya pathfinder diberikan
kepad pemustaka perpustakan dengan berupa bahan, tulian yang berbentuk
panduan ataupun leaflet.
Terkait
dengan penelusuran rujukan di perpustakan, prinsip yang harus dipegang
pustakwan adalah semua untuk kepentingan pemustaka. Seperti yang
dikemukakan oleh Lancaster (1979) disebutkan bahwa temu balik informasi
ialah proses penelusuran suatu koleksi dokumen ( dalam arti yang
seluas-luasnya) untuk mengidentifikasi dokumen-dokumen tentang subjek
tertentu. Dan sistem temu kembali informasi adalah setiap sistem yang
dirancang untuk memudahkan kegiatan penelusuran bagi pemustaka. Sehingga
pustakawan pun harus mengerti dan mengenal baik tentang sumber-sumber
informasi yang akan disusun ke dalam pathfinder. Menurut Djatin (1996 :
6) bahwa sumber-sumber informasi terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu :
1. Sumber informasi sekunder
Contohnya adalah buku-buku referensi, majalah abstrak, majalah indeks, pangkalan data dan katalog perpustakaan
2. Sumber inormasi primer
Contoh konkrit adalah majalah ilmiah, buku-buku teks, buku-buku bidang khusus, paten dan standar
3. Sumber informasi tesier
Contohnya sumber yang memuat daftar tebitan dari publikasi yang dimuat dalam sumber primer dan sekunder.
Disamping
putakawan harus mengerti sumber-sumber informasi, maka pustakawanpun
sudah selayaknya memahami sebuah klasifikasi pertanyaan, sebelum membuat
dafta pathfinder. Pertanyaan referensi dapat diklasifikasikan dalam
beberapa golongan. Berikut ini disajikan secara garis besar klasifikasi
pertanyaan (LpPI, 2001 : 126), jenis pertanyaan referensi, dan sumber
referensi yang dapat digunakan.
Klasifikasi Pertanyaan
|
Jenis Pertanyaan
|
Sumber Referensi
|
1. Bahasa
|
Arti, asal kata, definisi, pengejaan, pengucapan, singkatan, istilah, kata asing, sinonim, lambang, dan simbol
|
Kamus
|
2. Pemilihan bahan pustaka
|
Buku terbaik bidang pengetahuan tertentu, terbitan tertentu, perincian bibliografi, dan lokasi bahan pustaka
|
Bibliografi, katalog penerbit
|
3. Data peristiwa
|
Kejadian-kejadian, statistik, tradisi, kebiasaan, dan catatan kejadian
|
Almanak,
Buku tahunan
|
4. Latar belakang, pedoman
|
Informasi umum, bahan untuk belajar sendiri, dan cara mengerjakan sesuatu
|
Ensiklopedi, buku pegangan, manual, brosur, pamflet, ensiklopedi, biografi, direktori
|
5. Manusia, orang, pribadi
|
Tokoh, pemimpin, spesialis, profesional, pengarang, dan orang-orang terkenal
|
Direktori, buku tahunan, almanak, brosur, pamflet
|
6. Organisasi, dan lembaga
|
Tujuan, keanggotaan, kegiatan, struktur, nama dan alamat
|
Sumber geografi, peta, atlas, dan kamus ilmu bumi
|
7. Tempat
|
Lokasi, deskripsi, jarak, dan keterangan tempat
|
Alat peraga (AV)
|
8. Ilustrasi
|
Bentuk, model, rupa, warna, film, dan rekaman
|
Handbook, buku tahunan, buku pedoman (manual)
|
9. Fakta
|
Statistik, kejadian, rumus
| |
10. Aktivitas
|
Cara mengerjakan, cara membuat dan sebagainya
|
Buku pedoman (manual)
|
11. Undang-Undang, peraturan
|
Perundang-undangan, peraturan, data, fakta resmi
|
Lembaran negara, kitab undang-undang, terbitan pemerintah
|
Asal muasal Pathfinder
Istilah
pathfinder berasal dari turunan kata ‘path’ yang berarti ‘jalan
sempit/kecil’ dan ‘finder’ yang berarti ‘’penemu’, hal itu termuat dalam
Kamus Besar bahasa Indonesia. Arti secara harfiahnya adalah penemu
jalan kecil. Sedangkan istilah panduan pustaka sebenarnya merupakan
terjemahan dalam bahasa Inggris ‘Library pathfinder’, yang berarti
merupakan checklist pengantar untuk subjek-subjek tertentu dan didesain
untuk membimbing para pemustaka perpustakaan pada tahapan awal
penelusuran literatur. Penggagas dari library pathfinder adalah Charles
H. Stevens, seorang asociate director dari Library development, Project
Intrex, Massachusets Institute of technology (MIT) amerika serikat.
Sejak
diperkenalkan, panduan pustak telah digunakan dalam berbagai hal. Salah
satunya sebuah perusahaan penerbitan Adison Wesley, bahkan menjual
sarana bantu pathfinder secara komersial. Beberapa perpustakaanpun
menyediakan saran pathfinder tersebut untuk membantu pemustaka
pepustakaan, baik mahasiswa, dosen dan peneliti dalam penelusuran awal
mereka. Dalam bentuknya, pathfinder merupakan sarana bantu cetak dalam
pelayanan referensi. Sehingga tidak heran ketika kita di ruanagn
referensi sebuah perpustakaan, maka sering kita menemukan bahan-bahan
psthfinder, baik dalam bentuk dijilid seperti layaknya sebuah buku
maupun bentuk seperti leaflet di meja informasi referensi. Di
Universitas nebraska (Omaha), pathfinder diperluas sampai pembuatan
essei bibliografi yang merupakan studi prendalaman mengenai topik atau
subjek tertentu. Didalam essei bobliografi tersebut, diuraikan mengenai
sejauh mana sumber-sumber tersebut memenuhi informasi untuk topik yang
dipilih, bagaimana efektivitasnya, sejauh mana saling keterkaitannya dan
mana yang paling bermanfat. Pembuatan essei bibliografi inipun mampu
melatih mahasiswa untuk mengevaluasi dan menentukan prioritas diantara
bermacam-macam sumbe referensi serta merancang trategi penelusuran.
Penyusunan pathfinder
Penyusunan pathfinder bisa diawali dengan membuat judul
panduan yang diletakkan disebelah sudut kanan atas. Setelah menentukan
judul panduannya (subjek tertentu) maka kemudian dilanjutkan dengan
memberikan sebuah cakupan atau ruang lingkup dari subjek panduan
yang dipilih. Cakupan atau ruang lingkup biasanya diambilkan dari sebuah
rujukan berbentuk kamus ataupun ensiklopedia, diikuti dengan memberikan
deskripsi bibliografi dari cakupan yang dikutip, bahkan samapai kepada
call number yng sesuai dengan aturan di perpustakaan dimana koleksi
tersebut berada.serta lokasi sumber rujukan yang digunakan dalam
menuliskan cakupan. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan beberapa
entri tajuk subjek dan nonor kelasnya yang sesuai dengan tsubjek atau
topik yang dibuat, yang dapat digunakan untuk mencari koleksi yang
terkait dengan subjek yang ditulis. Entri-entri tersebut dapat
diambilkan lewat OPAC maupun lewat kartu katalog.
Setelah
entri-entri nomor kelas dan tajuk subjeknya selesai, kemudian melakukan
pendataan koleksi-koleksi mulai dari buku teks sampai kepada majalah
indeks, yang meliputi :
1. Buku-buku teks yang utama, atau buku-buku wajib
2. Buku-buku teks anjuran
3. Buku Pegangan, ensiklopedi dan kamus khusus
4. Bibliografi
5. Majalah indeks dan abstrak, terutama yang mendaftar karangan ilmiah
6. Majalah primer
7. Tinjauan perkembangan dan laporan pertemuan ilmiah
8. Majalah indeks dan abstrak yang mendaftar laporan teknis
Perlu
diperhatikan bahwa dalam menuliskan sumber-sumber nomor 1 sampai dengan
nomor 8 seperti tersebut diatas, harus selalu disertai dengan deskripsi
bibliografi lengkap dan lokasi dimana sumber-sumber tersebut berada.
Hal itu semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pemustaka perpustakaan
untuk dapat langsung mencari sumber-sumber rujukan di rak koleksi.
Format pathfinder
Secara umum menurut James ( 1981) format pathfinder yang disusun di perpustakaan adalah sebagai berikut :
JUDUL PANDUAN
· RUANG LINGKUP :
· Pengantar mengenai topik ini terdapat dalam sumber-sumber yang bernomor kelas dan bertajuk subjek sebagai berikut:
· BUKU-BUKU teks wajib mengenai topik ini adalah : 330.01, 330.10 (5 eks)
Berlokasi di :
· BUKU-BUKU anjuran mengenai topik ini adalah : 330.130 598 (5 eks)
Berlokasi di :
· BUKU PEGANGAN mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· ENSIKLOPEDI mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· KAMUS KHUSUS mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· BIBLIOGRAFI mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· ARTIKEL MAJALAH mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· MAJALAH mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· TINJAUAN PERKEMBANGAN mengenai topik ini adalah
Berlokasi di :
· LAPORAN PERTEMUAN ILMIAH mengenai topik ini adalah :
Berlokasi di :
· LAPORAN TEKNIS /PENELITIAN dan jenis pustakan lain yang diindeks/disarikan dalam sumber-sumber berikut ini :
Berlokasi di :
Penutup
Di
dunia perpustakaan, sebuah pekerjaan yang diemban pustakawan tidaklah
berhenti sampai hanya batas melayani pemustaka perpustakaan. Masih
banyak pekerjaan yang bisa dilakukan untuk memuaskan dan ‘memanjakan’
pemustaka, salah satunya penyediaan ‘pathfinder’ di ruang rujukan atau
ruang referensi. Sehingga apa yang diinginkan pemustaka, dapat ditangkap
dan dipeuhi oleh pustawakan. Sebuah solusi yang barangkali dapat
ditawarkan adalah yang terpenting adalah membangun persamaan persepsi
mengenai temu kembali informasi oleh pemustaka perpustakaan yang
dikaitkan dengan karakteristik profesi kepustakwanan, sehingga keduanya
akan jalan seiring dengan segala kebutuhan yang dikehendaki, yang pada
akhirnya dapat sesuai dengan prinsip kepustakawanan yaitu perpustakaan
bertujuan menyimpan dan memencarkan ilmu pengetahuan. Semoga.
Selesai
REFERENSI
ALA. Glossary of library and information science. 1983. Chicago : American Library Association.
Apostle, Richard and Boris Raymond. Librarianship and the information paradigma. Lanham, Md. & London : The Scarecrow Press, 1997.
Buckland, Michael. 1992. Redesigning Library Services ; A Manivesto. London : Library association.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi Depdikbud Dirjen Dikti edisi ke 2 , penyelia : Parlinah Moeldjono. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djatin, Jusni. Penelusuran Literatur. 1996 Jakarta : Universitas Terbuka.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. 1990. Jakarta : Balai Pustaka.
Katz, William A. 1982. Introduction to reference guide I & II. New York : McGraw-Hill.
Katz, William. 1979. Your Library : A Reference Guide. New York : Holt, Rinehart and Winston.
Lembaga pemberdayaan Perpustakaan dan Informasi. 2001.Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Yogyakarta : LpPI dan FkBA.
Rice, James, Jr. 1981.Teaching Library Use : A Guide For Library Instruction. London : Greenwood Press.
Sulistyo-Basuki. 1993. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wedgeworth, Robert (ed.).1993. World encyclopedia of library and information services.3rd ed. Chicago : American Library Association.KHUSUS BUAT TEMEN KELOMPOK PATHFINDER KELOMPOK 6{PACE GONDES Dkk}INI FILENYA, SILAHKAN DI DONWLOD AJA!